Sudah berakhir hari libur, Nadian
mulai mengeluhkan kembali rutinitasnya menunda alarm sampai pada waktu teriakan
ibunyalah yang membangunkannya. Sejak kecil Nadi memang tidak bisa bangun
sendiri, kalau bukan ibunya yang membangunkannya. Pekerjaannya yang sekarang
dirasa berat untuknya karena dia harus bangun sangat pagi agar tidak telat
sampai tempat kerjanya. Sembari memanaskan vespanya Nadi menyantap sarapan nasi
uduk dan teh manis panasnya, sarapan yang paling cocok untuk pria yang sulit
bangun pagi, makanan cepat saji pagi hari.
”kamu harusnya dibiasakan loh mas
bangun pagi, apalagi kerjaanmu yang sekarang” nasehat saban hari yang selalu
terucap dari ibunya disetiap mereka sarapan bersama
“Nadi jadi pengen tau kalo nanti
bukan bunda yang bangunin Nadi?” balas Nadi yang jauh dari kalimat jawaban
“maksud kamu?” heran ibunya
mendengar anak semata wayangnya yang sekan melantur
“ya kalo nanti Nadi punya istri,
dan dia yang bangunin gimana ya?” jawab Nadi sambil memasang muka lucu di depan
ibunya
“halah cangkemu, palingan gak sampe
seminggu istrimu minta cere, karena susah bangunin kamu” balas ibu Nadi sambil
mencubit sikut Nadi
“ah bunda mah gitu sih, mana ada
belum seminggu minta cere?” tukas Nadi sambil memasang muka masam”
“lagian kamu ini yang engga-engga
aja, bunda aja belum pernah denger kamu deketin siapa, apalagi liat” balas ibu
Nadi sambil memasukan bekal untuk anaknya.
“bunda mau yang macem apa, sebut
aja bun sebut” Nadi menjawabnya dengan gaya sengak dan sok ganteng tersebut
“yang kaya apaya, bunda bingung
sih, kalo dulu pas jaman bunda yang cocok buat calon mantu mah yang pinter
masak, cantik, bibirnya tipis, rambutnya sepinggang, ada lesung pipinya,
giginya gingsul, pinter nari, bisa main alat musik” jawabnya dengan nada yang
lembut sambil tersenyum
“yaaaaahh, itu mah bunda, iya bun
iya bunda doang emang yang paling emang” Sebal Nadi mendengar jawaban guyon
bundanya
“yasudah berangkat sana, bekalmu
sudah bunda masukan di dalam tas, kalo janda sebelah ngegodain jangan tergoda”
“yakalo godaannya maut, dikit mah
bisa kali bun” jawab randi sambil senyum licik dibarengi dengan cubitan di pipi
bundanya
“bisa bunda gesperin pala kamu”
jawab bunda Nadi kesal
“oke bun aku berangkat ya”
Setelah earphone terpasang Nadi menark gas motornya kemudian berlalu. Berangkat
pagi memang menguntungkan bagi warga Jakarta karena lalu lintas belum terlalu
padat, jadi Nadi bisa menikmati perjalanan sambil menikati lagu-lagu Oasis dari
handphone-nya.
“nah ini dia bocahnya sampe juga”
teriak salah satu sapaan dari sudut ruangan kerja Nadi
“alesan apa lagi Pak Nadi, macet,
ban kempes, vespanya masalah?” sambung salah satu perempuan yang ada di ruangan
tersebut
“iya ngapa yak?” Nadi menjawab
seadanya sambil tertawa
“ngapa tauk, elu hari ini kan
pidato, harusnya cepet dikit datengnya, dikiiiiiiiiiit” balas Fadlan sambil
melayangkan sentilan di teinga kanan Nadi
“lah ini kan hari pertama, harusnya
bos besar yang lakuin” Nadi menjawabnya sok tau. Nadi memang menganggap enteng
masalah ini, dia tau kalau kali ini adalah jadwal dia pidato, tapi dia mengira
akan digantikan dengan orang lain yang lebih layak
“alesan aja ini si ganteng” celetuk
salah satu perempuan tua di ruangan tersebut
Setelah beberapa rangkaian, tibalah
saatnya Nadi untuk berpidato, ditengah pidatonya terdengar suara “alah bacotlu
pa!” teriakan tersebut terdengar jelas sampai ke setiap gendang telinga semua
peserta. Nadi menghentikan pidatonya sementara lalu tidak sampai satu menit
melanjutkan kembali. Setelah kegiatan selesai semuanya kembali ketempatnya,
tapi tidak dengan Nadi, dia berlalri dan mengejar seseorang yang mengganggu
pidatonya, sambil memasang muka merah dia menggenggam tangan orang tersebut
sekuat-kuatnya lalu menyeretnya ke ruangannya.
“bapak mau kamu panggil orang tuamu
sekarang juga, bapak tunggu!” tanpa basa basi Nadi membentak anak tersebut
“mereka gak mungkin datang pak,
apapun alesan bapak mereka gak mungkin datang” balas anak tersebut secara
santai
“siapapun wali kamu bapak ingin
menemuinya pagi ini!?” tanpa jeda Nadi melanjutkan perintahnya ke anak tersebut
30 menit berlalu kemudian ada seorang
perempuan berpakaian sangat formal diantar sampai ke meja Pak Nadi, tidak salah
lagi, dialah orang yang di tunggu-tunggu Nadi. Kaget Nadi melihat siapa yang
ternyata menemui dia, seorang perempuan yang dia rasa kenal baru-baru ini. Perempuan
tersbeut memperhatikan tangan adiknya yang memerah sementara Nadi masih terpaku
pada tatapannya.
“oh jadi buat ini adik saya……” belum
sempat perempuan tersebut menyelesaikan kalimatnya, rasa kaget membuat dia tak
bisa melanjutkan omongannya. Rasa kaget Nadi meningkat menjadi bingung yang
menggaung di kepalanya
“elu! Ngapain lu di sini, apa-apaan
ini!?” perempuan tadi tidak melanjutkan kalimat sebelimnya melainkan
melontarkan pertanyaan lain dengan nada sangat tinggi, suaranya terdengar ke
seluruh ruangan, untung saja saat itu hanya tersisa dua orang guru yang tidak
ada jadwal di jam pertama
“jadi pak Nadian gimana rasanya
meniduri wanita cantik yang sedang mabuk!?” perempuan tersebut melontarkan
pertanyaan lainnya seblum Nadi menjawab pertanyaan sebelumnya. Sontak dua orang
guru yang ada di ruangan tersebut memusatkan mata dan telinga ke arah meja Pak
Nadian
Tanpa basa basi Nadi menarik
perempuan tersebut keluar ruangan menuju ke sudut koridor kelas
1 komentar:
Anjayy, itu lanjutannya pas ditarik ke koridor begimana?
Posting Komentar