Selasa, 09 Januari 2018

Honorer Relationship

Sudah berakhir hari libur, Nadian mulai mengeluhkan kembali rutinitasnya menunda alarm sampai pada waktu teriakan ibunyalah yang membangunkannya. Sejak kecil Nadi memang tidak bisa bangun sendiri, kalau bukan ibunya yang membangunkannya. Pekerjaannya yang sekarang dirasa berat untuknya karena dia harus bangun sangat pagi agar tidak telat sampai tempat kerjanya. Sembari memanaskan vespanya Nadi menyantap sarapan nasi uduk dan teh manis panasnya, sarapan yang paling cocok untuk pria yang sulit bangun pagi, makanan cepat saji pagi hari.
”kamu harusnya dibiasakan loh mas bangun pagi, apalagi kerjaanmu yang sekarang” nasehat saban hari yang selalu terucap dari ibunya disetiap mereka sarapan bersama
“Nadi jadi pengen tau kalo nanti bukan bunda yang bangunin Nadi?” balas Nadi yang jauh dari kalimat jawaban
“maksud kamu?” heran ibunya mendengar anak semata wayangnya yang sekan melantur
“ya kalo nanti Nadi punya istri, dan dia yang bangunin gimana ya?” jawab Nadi sambil memasang muka lucu di depan ibunya
“halah cangkemu, palingan gak sampe seminggu istrimu minta cere, karena susah bangunin kamu” balas ibu Nadi sambil mencubit sikut Nadi
“ah bunda mah gitu sih, mana ada belum seminggu minta cere?” tukas Nadi sambil memasang muka masam”
“lagian kamu ini yang engga-engga aja, bunda aja belum pernah denger kamu deketin siapa, apalagi liat” balas ibu Nadi sambil memasukan bekal untuk anaknya.
“bunda mau yang macem apa, sebut aja bun sebut” Nadi menjawabnya dengan gaya sengak dan sok ganteng tersebut
“yang kaya apaya, bunda bingung sih, kalo dulu pas jaman bunda yang cocok buat calon mantu mah yang pinter masak, cantik, bibirnya tipis, rambutnya sepinggang, ada lesung pipinya, giginya gingsul, pinter nari, bisa main alat musik” jawabnya dengan nada yang lembut sambil tersenyum
“yaaaaahh, itu mah bunda, iya bun iya bunda doang emang yang paling emang” Sebal Nadi mendengar jawaban guyon bundanya
“yasudah berangkat sana, bekalmu sudah bunda masukan di dalam tas, kalo janda sebelah ngegodain jangan tergoda”
“yakalo godaannya maut, dikit mah bisa kali bun” jawab randi sambil senyum licik dibarengi dengan cubitan di pipi bundanya
“bisa bunda gesperin pala kamu” jawab bunda Nadi kesal
“oke bun aku berangkat ya”
Setelah earphone terpasang Nadi menark gas motornya kemudian berlalu. Berangkat pagi memang menguntungkan bagi warga Jakarta karena lalu lintas belum terlalu padat, jadi Nadi bisa menikmati perjalanan sambil menikati lagu-lagu Oasis dari handphone-nya.
“nah ini dia bocahnya sampe juga” teriak salah satu sapaan dari sudut ruangan kerja Nadi
“alesan apa lagi Pak Nadi, macet, ban kempes, vespanya masalah?” sambung salah satu perempuan yang ada di ruangan tersebut
“iya ngapa yak?” Nadi menjawab seadanya sambil tertawa
“ngapa tauk, elu hari ini kan pidato, harusnya cepet dikit datengnya, dikiiiiiiiiiit” balas Fadlan sambil melayangkan sentilan di teinga kanan Nadi
“lah ini kan hari pertama, harusnya bos besar yang lakuin” Nadi menjawabnya sok tau. Nadi memang menganggap enteng masalah ini, dia tau kalau kali ini adalah jadwal dia pidato, tapi dia mengira akan digantikan dengan orang lain yang lebih layak
“alesan aja ini si ganteng” celetuk salah satu perempuan tua di ruangan tersebut
Setelah beberapa rangkaian, tibalah saatnya Nadi untuk berpidato, ditengah pidatonya terdengar suara “alah bacotlu pa!” teriakan tersebut terdengar jelas sampai ke setiap gendang telinga semua peserta. Nadi menghentikan pidatonya sementara lalu tidak sampai satu menit melanjutkan kembali. Setelah kegiatan selesai semuanya kembali ketempatnya, tapi tidak dengan Nadi, dia berlalri dan mengejar seseorang yang mengganggu pidatonya, sambil memasang muka merah dia menggenggam tangan orang tersebut sekuat-kuatnya lalu menyeretnya ke ruangannya.
“bapak mau kamu panggil orang tuamu sekarang juga, bapak tunggu!” tanpa basa basi Nadi membentak anak tersebut
“mereka gak mungkin datang pak, apapun alesan bapak mereka gak mungkin datang” balas anak tersebut secara santai
“siapapun wali kamu bapak ingin menemuinya pagi ini!?” tanpa jeda Nadi melanjutkan perintahnya ke anak tersebut
30 menit berlalu kemudian ada seorang perempuan berpakaian sangat formal diantar sampai ke meja Pak Nadi, tidak salah lagi, dialah orang yang di tunggu-tunggu Nadi. Kaget Nadi melihat siapa yang ternyata menemui dia, seorang perempuan yang dia rasa kenal baru-baru ini. Perempuan tersbeut memperhatikan tangan adiknya yang memerah sementara Nadi masih terpaku pada tatapannya.
“oh jadi buat ini adik saya……” belum sempat perempuan tersebut menyelesaikan kalimatnya, rasa kaget membuat dia tak bisa melanjutkan omongannya. Rasa kaget Nadi meningkat menjadi bingung yang menggaung di kepalanya
“elu! Ngapain lu di sini, apa-apaan ini!?” perempuan tadi tidak melanjutkan kalimat sebelimnya melainkan melontarkan pertanyaan lain dengan nada sangat tinggi, suaranya terdengar ke seluruh ruangan, untung saja saat itu hanya tersisa dua orang guru yang tidak ada jadwal di jam pertama
“jadi pak Nadian gimana rasanya meniduri wanita cantik yang sedang mabuk!?” perempuan tersebut melontarkan pertanyaan lainnya seblum Nadi menjawab pertanyaan sebelumnya. Sontak dua orang guru yang ada di ruangan tersebut memusatkan mata dan telinga ke arah meja Pak Nadian

Tanpa basa basi Nadi menarik perempuan tersebut keluar ruangan menuju ke sudut koridor kelas

1 komentar:

Nashrulloh mengatakan...

Anjayy, itu lanjutannya pas ditarik ke koridor begimana?

Posting Komentar