Minggu, 25 Februari 2018

Honorer Relationship #3


Mereka berdua sampai di suatu apartemen, setelah  memarkirkan mobilnya Nadi membukakan pintu untuk Artri kemudian menggandengnya menuju lobi, genggamannya kali ini tidak sekasar saat sebelumnya, entah kenapa Artri tidak melawan sama sekali untuk kali ini, setibanya di lobi salah satu satpam menegur Nadi “pak guru mau ngapain bawa-bawa perempuan bukan muhrim ke apartemen? Mau main gila ya pak” candaan dari satpam di balas dingin oleh tatapan Nadi. Artri hanya bisa menunduk sambil tetap langkahnya mengikuti Nadi menuju lift. Keluar dari lift mereka menuju suatu kamar tapi Nadi tidak membuka kamar tersebut, dia mengetuk kamar tersebut
“Assalamualaykum, mba Qifah, ini saya Nadi”
“oh iya mas Nad, sebentar” sahut wanita yang ada di dalam ruangan tersebut, selang beberapa detik muncullah wanita berdaster panjang dengan rambut kuncir kuda, sambil menggendong anaknya dengan kain gendong
“maaf mba Qifah ini saya mau ngerepotin lagi” perkataan Nadi yang lembut sangat berbeda sekali saat dia berbicara dengan Artri
“oh iya masalah waktu itu ya” Mba Qifah seperti sudah sangat paham dengan apa yang diminta Nadi. hal tersebut membuat Artri semakin bertanya-tanya sebenarnya apa yang telah terjadi antara dia sampai ada orang lain lagi
“iya mba, biar Raka saya yang gendong deh” Nadi menawarkan jasa jaga bayi sambil tersenyum sopan.
“udah ndak usah mas, yaudah tolong buka aja kamarnya” Mba Qifah menolak tawaran Nadi dan ingin langsung membantu Nadi secara sukarela
“Artri sekarang kamu ikut sama Mba Qifah ya, jangan bicara keras-keras karena ada bayi” pesan Nadi sebelum mereka memasuki kamar
“gak usah dibilangin gw juga ngerti!” Artri membalasnya dengan bisikan ketus di telinga Nadi
“yaudah Mba Qifah saya tinggal ke bawah dulu ya cari makan” Nadi tidak memberikan respon apapun kepada Artri tapi malah berbicara kepada Mba Qifah
“eh sebentar pak guru yang terhormat, lu bilang mau selesain urusan kita berdua tapi kenapa malah kayak gini sih!?” bentak Artri saat Nadi ingin meninggalkan mereka berdua, saat itu juga bayi Raka bergerak kaget lalu menangis. Artri lalu berbalik badan segera mengusap kepala Raka sambil tangan satunya menepuk-nepuk paha bayi tersebut, melihat hal tersebut mba Qifah tersenyum manis, tapi tidak dengan Nadian, ada ekspresi lain yang hadir di hatinya.
“aduh maaf ya Raka, sh sh sh sh, udah-udah bubu lagi ya. Mba Qiffah maaf ya” dengan perasaan tidak enak Artri meminta maaf
“udah-udah ndak apa-apa mba Artri, yasudah tutup pintunya kita masuk” balas Mba Qifah santai. Saat Artri menutup pintu, keberadaan Nadian sudah tidak ada di di koridor, dia seakan menghilang menggunakan jurus sintensin no jutsu
“ini apartemen mba juga ya?” tanya Artri saat baru saja duduk di sofa bersebelahan dengan Mba Qifah
“bukan ini punyanya mas Nad, seminggu yang lalu kamu tidur di sini” sambil terus menepuk-nepuk paha Raka Mba Qifah menjawab pertanyaan Artri dengan santai. Santainya Mba Qifah tidak sama dengan perasaan yang dirasa Artri, Artri malah semakin kesal
“hah!?” kagetnya Artri membuat tangannya berhenti mengusap kepala Raka untuk beberapa detik
“yasudah saya langsung cerita saja ya, malam itu Nadian ngetuk-ngetuk kamar saya minta tolong ke suami saya, mas Nad gendong-gendong kamu ngos-ngosan, melihat hal seperti itu suami saya membangunkan saya, karena ini bukan urusan laki-laki lagi, saya langsung membantunya, dia membaringkan kamu di kasur, tapi kamu tidak langsung tidur nyenyak, kamu muntah-muntah di kasur, kamu bisa cek ke kamar mas Nadian, bekas muntah kamu belum dibersihkan sama sekali. Setelah itu saya diminta untuk membersihkan diri kamu, ya saya mandikan kamu, hehehe, ndak papa toh? Kan kita sama-sama perempuan, lalu kamu pakai kaos punya mas Nad sama celananya juga, tapi gak celana dalem loh ya, baju kotormu dicuci sama mas Nad, semalaman sampai siang kamu tidur di sofa ini, saya disuruh nemenin Mba, mas Nad tidur di apartemen saya bareng suami saya, ndak tidur juga sih, mereka malah main game bareng, lalu sekitar jam 8 pagi saya keluar untuk siapin sarapan buat suami saya, mas Nad yang gantian jagain kamu” Mba Qifah menceritakan secara singkat kronologis malam itu
“terus mba Qifah gak kesini lagi? Mba Qifah gak tau dong Nadian ngapain pas berduaan sama saya?” pertanyaan cepat langsung dilontarkan oleh Artri, karena selama Mba Qifah cerita, Artri belum menemukan kesalahan Nadian
“Mba Artri kalo mas Nad mau, sudah dari semalam dilakukan. Lagian ndak lama temen kamu datang jemput kamu” jawab santai Mba Qifah sambil tersenyum lembut
“terus Nadian kemana?” Artri kembali bertanya karena belum menemukan apa yang dia sangkakan selama ini
“sarapan bareng saya sama suami sama Raka juga, saya tanyain kamu katanya sudah pergi sama temenmu” kalimat tersebut sekaligus menjadi akhri cerita yang tidak disangka Artri sama sekali. Artri berjalan menuju kamar Nadian, melihat kasur Nadian yang penuh noda muntah, bau kamarnya tidak sedap, Artri menutup kamarnya lalu pamit buru-buru dengan perasaan malu dan menyesal. Dia bertekat untuk tidak bertemu Nadian lagi karena sangat malu, segera ia memberhentikan taksi untuk menuju kantornya.
Setibanya di kantor, Artri langsung membanting badannya di kursi kerjanya, mukanya sangat kusut, peluh di keningnya tidak mengganggunya sama sekali, beberapa helai rambutnya mengkilap karena keringat.
“ebuset kenek patas manalu, bilang-bilanglah biar gw bisa naek patas gratis” celetuk sorang perempuan dari samping bilik kerjannya
“apaan sihlu, mana ada kenek patas seksi gini” balas Artri sambil tertawa heran
“lah itu apaan di pundaklu, kalo bukan sapu tangan kenek patas” jawab perempuan tersebut sambil menunjuk apa yang ada di pundak Artri
            “ah kenapa sih!” teriak Artri sampai membuat yang lain melirik kearahnya. Belum sempat iya minta maaf, dia dikagetkan oleh pesan masuk yang ada di handphonenya.


0 komentar:

Posting Komentar